Pages

Jumat, 19 Agustus 2011

BLEEDING MINYAK REM


BLEEDING MINYAK REM:

Oleh Junisra Syam
Excellence Automotive Training International

Kejadian ini lebih dari 10 tahun yang lalu tepatnya tahun 1998, ketika saya melakukan Servis Besar pada sistem rem mobil saya, tentu saja pekerjaan yang harus saya lakukan antara lain; Menguras minyak rem, mengganti repair kit silnder master dan wheel silinder rem belakang, demikian pula seal piston disk brake roda depan juga harus saya ganti….

Lalu setelah semua pekerjaan pembongkaran dan pemasangan suku cadang bereslah sudah…Maka kesulitan sudah mengintai saya yaitu melakukan pekerjaan “beeding minyak rem’’.

Mhhmm..Siapa ya?.. Siapa yang dapat membantu untuk melakukan pekerjaan bleeding ini?.....Istri???.. Mana mungkin saya minta tolong pada istri untuk menjinjak-injak pedal rem sambil menunggu aba-aba;..’Kocoookk”…”Kocoookkk”…Kocookk”..”Koooccook”,.. lalu…”Tahaann”. Lagi pula waktu itu Istri sedang sibuk di dapur, sedangkan saya bekerja dalam garasi. 
Lhaa, kalau tetangga dengar saya memerintah istri; ’Kocookk”.. kocookkk”.”kocookk”..dan “Taahaan”.. Mungkin saja para tetangga akan perpikir yang nggak-nggak terhadap kami berdua….Meskipun sebenarnya beleh-boleh saja dengan istri sendiri..he..he….

Makanya pekerjaan harus saya selesaikan,,,kocok-kocok,, sendiri,,,, tanpa bantuan istri.

Caranya?: Saya harus punya slang bening (transparant) untuk bleeding seperti biasanya, tapi haru cukup panjang, sepanjang body mobil bila perlu, pasangkan slang transparan ke baut bleeding roda dan ujung slang yang lain sampai ke reservoir master slinder (slang bleeding sebaikknya meliwati kaca spion depan kanan agar kita dapat melihat minyak rem pada slang tersebut). Sebelumnya isi penuh terlebih dahulu minyak rem pada reservoir master silinder.

Longgarkan baut bleeding, lalu saya mulai menekan pedal rem dua-tiga kali sambil mengontrol banyaknya minyak rem dalam reservoir, ulangi kembali menekan pedal rem sampai semua stabil, artinya volume minyak rem pada reservoir tidak mungkin berkurang lagi karena sudah ditambah secara otomatis oleh minyak rem yang datang dari slang bleeding. Selajutnya pekerjaan mengocok-ngocok terus saya lakukan sendiri (maksudnya “mengocok” itu tentu saja menekan-nekan pedal rem gitu..)

Pekerjaan yang sama terus saya lakukan sampai udara pada pipa rem habis (dapat dilihat dengan jelas pada slang bleeding). 

Trus pekerjaan dilanjutkan pada roda-roda yang lain….Dan berhasil,,juga.. “mengocok-ngocok” pedal rem sendiri tanpa harus minta bantuan orang lain….

Jadi kesimpulannya; Membleeding minyak rem berarti mengeluarkan udara yang terjebak pada saluran/pipa rem, jika pipa rem dan semua salurannya dalam keadaan bersih, cukup dengan menekan minyak rem pada silinder master untuk mengeluarkan udara tersebut…
Penekanan minyak rem pada reservoir dapat dilakukan dengan alat….Atau seperti yang saya lakukan tersebut..

Seharusnya pekerjaan itu dapat dilakukan sendiri tanpa berteriak-teriak pada orang lain…..KOCOOOK….KOCOOK…..KOCOKK…..TAHAN…..Capek deeehhh…

Bravo Otomotif…
-------


Pertanyaan: 
Apakah untuk membuang angin tersisa tidak perlu tekanan ? Yg saya amati selama ini tampaknya, tekanan minyak harus tinggi agar udara yg terjebak benar2 keluar. Jadi sepertinya tidak sekedar mengocok, melainkan memompa, lalu tahan injakan/tekanan s/d nipple dibuka kira2 1/2 putaran...Kondisi tsb (menurut buku) dilakukan beberapa kali hingga tidak tampak gelembung udara dalam selang.

Jawaban: 

"Mengocok" itu istilah kami teknisi otomotif untuk menggantikan kata kerja "memompa" minyak rem sambil menekan pedal rem 2-3 kali..he..he.
Saluran rem adalah bejana berhubungan mulai dari silinder master sampai ke silinder rem pada roda2..
yang menjadi masalahnya adalah banyak bengkel melakukan pekerjaan ini dengan 2 orang; seorang melakukan pemompaan (menekan-nekan pedal rem) di ruang kemudi, seorang lagi membuka baut nipel kira2 setengah putaran di kolong mobil dekat roda yang akan di "bleeding" minyak remnya.
Nah..waktu saya bekerja di bengkel di Swiss, aku lihat mereka melakukan pekarjaan ini hanya sendirian saja, tapi mereka punya alat yang bisa menekan minyak rem pada master silinder, lalu mnyak rem dapat dikeluarkan melalui nipel bleeding masing-masing roda, untuk membuang udara yang terjebak pada pipa rem,tentu saja tanpa melakukan pemompaan melalui pedal rem.
Suatu ketika alat penekan minyak rem dari master silinder ini rusak..lalu mereka melakukan pekerjaan bleeding tetap sendirian..Seperti yang aku contohkan pada artikel di atas..sampai gelebung udara habis, dan sistem rem dapat bekerja dengan sempurna..
Di negara yang ongkos tenaga kerja sangat mahal seperti di Swiss, tentu saja bekerja sebisa mungkin harus dilakukan sendiri, tapi di kita masih bisa dilakukan rame2...Seorang memompa minyak rem di ruang kemudi, dan yang lainnya melepaskan udara pada saluran rem melaui nipel..


======

ABS (Antilock Braking System)
Oleh Junisra Syam, 

Excellence Automotive Training International

Antilock Braking System (ABS) termasuk sistem keamanan aktif (active safety system) pada mobil; Seperti yang kita ketahui bahwa sistem keaman aktif adalah perangkat kendaraan yang dapat mencegah terjadinya kecelakaan.

Jika mobil dilengkapi ABS dan ketika kita melakukan pengereman dengan kuat dan mendadak, maka roda tidak mengunci/slip pada permukan jalan, hal ini sangat bermanfaat untuk menghindari hilangnya kendali kemudi ketika roda slip/mengunci (berhenti berputar/menggesek) pada permukaan jalan saat pengereman yang dilakukan dengan kuat dan mendadak tersebut. 
Dengan dilengkapinya ABS pada mobil maka, meskipun kendaraan direm secara kuat dan mendadak, roda tidak akan slip pada permukaan jalan dan mobil masih dapat dibelokkan ke kiri atau kekanan maupun kembali pada posisi lurus sesuai dengan keinginan pengemudi.

Berapapun cepatnya laju mobil kita, secara umum tekanan pengereman akan mampu membuat roda berhenti berputar, tapi badan kendaraan cenderung masih dapat bergerak, karena energi kinetis yang ditimbulkan oleh berat mobil itu sendiri, akibatnya roda akan menggesek pada permukaan jalan sampai kendaraan berhenti. 
Selama roda slip/menggesek/berhenti berputar pada permukaan jalan, pasti mengakibatkan mobil kehilangan kendali (berbelok ke kiri atau ke kanan atau ke mana saja tergantung dari keadaan permukaan jalan dan arah resultante energi kinetis mobil tersebut). Akibat lain yang ditimbulkan oleh roda yang bergesek/mengunci pada permukaan jalan adalah jarak efektif pengereman akan menjadi lebih panjang, dan tentu saja sering menimbulkan kecelakaan.
Semuanya itu akan lebih berbahaya lagi jika mobil lari pada permukaan jalan yang licin, dengan sedikit tekanan pengeraman saja, roda akan sangat mudah slip/mengunci, tentu sudah dapat dibayangkan bahwa roda-roda akan segera berhenti berputar, tapi kendaraan masih meluncur sedemikian rupa tanpa bisa dikendalikan.

Hanya dengan ABS-lah hal itu dapat diatasi, meskipun kita melakukan pengereman dengan kuat dan mendadak pada permukaan jalan yang licin sekalipun, maka tekanan pengeraman pada roda diatur secara elektronis untuk menghindari roda slip/terkunci, sehingga mobil masih bisa dibelokkan ke kiri atau ke kanan maupun lurus seperti yang dikehendaki sampai berhenti, dengan demikian jarak penegreman menjadi lebih pendek jika dibandingkan kendaraan yang tidak mengaplikasikan ABS pada sistem remnya.

Sejak digunakan secara luas pada mobil, ABS telah dikembangkan lebih jauh, versi terbaru dari ABS bukan saja mencegah roda-roda terkunci waktu direm, akan tetapi juga bisa mengatur pengereman secara independent setiap roda, atau dapat mendistribusikan tekanan pengereman yang berbeda antara roda depan dan roda belakang tergantung dari beban kendaraan itu sendiri yang dikenal dengan Electronic Brake Distribution (EBD), Pada akhirnya ABS juga berkembang lebih jauh menjadi perangkat yang lebih cangggih dan diaplikasikan pada mobil-mobil “mewah” yaitu ESC/ESP (Electronic Stability Control/Program). Lihat artikel ESC/ESP pada forum discussion ini..

SEJARAH ABS
ABS pertama kali dikembangkan untuk keperluan pesawat terbang, pada awalnya sistem ini diperkenalkan oleh Dunlop's Maxaret System pada 1950-an dan masih digunakan pada beberapa model pesawat terbang saat ini. 
Dalam beberapa pengujian dapat disimpulkan bahwa dengan ABS, kinerja pengereman dapat meningkat sampai 30%, dan pilot tidak perlu melakukan tekanan pengereman secara bertahap pada pesawat, tetapi cukup melakukan pengereman dengan tekanan maksimum dan selanjutnya tekanan pengereman tersebut diatur secara otomatis oleh ABS, tanpa adanya kekawatiran akan terjadi slip/mengunci pada roda-roda pesawat saat pengereman dilakukan.
Keuntungan lain pada pesawat adalah untuk mencegah roda/ban pecah, bahkan hangus akibat bergesekan dengan permukaan landasan pacu yang disebabkan oleh roda/ban yang slip/terkunci jika sistem rem pesawat tidak dilengkapi dengan ABS.

Pada tahun 1958, Royal Enfield Super Meteor Motor digunakan oleh Road Research Laboratory untuk menguji percobaan sistem rem ABS yang dibuat oleh The Maxaret pada sepeda motor, hasilnya menunjukkan bahwa ABS merupakan nilai tambah yang besar terhadap sistem keamanan aktif sepeda motor.
Dari hasil pengujian tersebut juga disimpulkan bahwa jarak pengereman sepeda motor dengan ABS dapat menjadi lebih pendek 30% jika dibandingkan dengan sepeda motor tanpa ABS
Selanjutnya ABS juga diujicobakan pada mobil balap, namun pada saat itu kemungkinan diterapkan pada mobil ataupun sepeda motor masih menjadi kendala karena faktor harganya yang masih mahal.

Pada tahun 1971 perusahan mobil Chrysler bekerja sama dengan Bendix Corporation, memperkenalkan ABS dengan ECU yang disebut dengan ABS tiga channel empat-sensor Pada tahun 1971 juga, General Motors memperkenalkan ABS dengan sebutan "Trackmaster" yaitu ABS untuk roda belakang saja, dan ABS roda belakan ini diaplikasikan pada mobil Cadillac. Lalu masih pada tahun yang sama Nissan menawarkan EAL (Electro Sistem Anti-lock) sebagai opsi pada Nissan Presiden yang menjadi ABS pertama pada mobil buatan Jepang.

Tahun 1975, Robert Bosch mengambil alih perusahaan Teldix Eropa dan semua paten yang telah didaftarkan oleh perusahaan itu juga diakuisisi, dan mulai dari sinilah Bosch membuat ABS yang diperkenalkan beberapa tahun kemudian.
Pada tahun 1978 Bosch dan Daimler-Benz-mengembangkan teknologi ABS yang dimulai pada awal tahun 1970 tersebut, dan akhirnya Bosch memperkenalkan pertama kali ABS dengan pengontrol “fully electronic” untuk empat roda pada mobil Mercedes-Benz S-Class.
Tahun 1988, BMW memperkenalkan sepeda motor pertama dengan ABS elektronik-hidrolik pada sepeda motor BW K100, lalu Honda mengikutinya tahun 1992 dengan peluncuran ABS pertama pada sepeda motor Honda ST1100 . 
Pada tahun 2007, Suzuki meluncurkan GSF1200SA dengan ABS, dan sebelumnya tahun 2005 Harley-Davidson mulai menawarkan ABS sebagai pilihan untuk sepeda motor polisi. 
Selanjutnya tahun 2008; ABS menjadi perlengkapan standard untuk semua sepeda motor Harley-Davidson Touring dan beberapa model HD tertentu.

CARA KERJA ABS 
Secara umum ABS terdiri dari; unit kontrol elektronik (ECU), sensor kecepatan roda (wheel speed sensor), dan setidaknya dua katup hidrolik dalam unit hidrolik rem.

ECU ini selalu memantau kecepatan setiap roda; jika ECU mendeteksi sebuah roda berputar secara signifikan lebih lambat dari yang lain, kondisi ini menunjukkan roda akan terkunci/slip pada permukaan jalan, katup hidrolik mengurangi tekanan minyak rem ke roda yang slip/terkunci itu, dengan kata lain tekanan minyak rem dikurangi pada roda itu sehingg roda berputar kembali. 
Demikian juga sebaliknya, jika ECU mendeteksi sebuah roda berputar secara signifikan lebih cepat dari yang lain, maka tekanan minyak rem ditingkatkan untuk roda tersebut, sehingga putaran roda lebih melambat lagi.
Proses itu terus berlangsung secara berulang-ulang akbuatnya pengemudi dapat merasakan getaran pada pedal rem.

ABS dapat menurunkan dan menaikkan tekanan pada roda berlangsung dengan sangat cepat sampai 15 kali per detik.

ECU telah diprogramkan untuk mengetahui perbedaan kecepatan/putaran roda dalam batas toleransi, pengurangan atau penambahan tekanan pengereman hanya diatur sedemikian rupa, jika ECU-ABS mendekati batas perbedaan putaran roda yang kritis, atau sampai roda terkunci/slip pada permukaan jalan.

Yang perlu diketahui oleh pemilik kendaraan adalah jika terjadi kesalahan pada ABS, maka pengereman dapat kembali berfungsi seperti sistem rem biasa (mobil tanpa ABS)

ABS modern saat ini menggunakan tekanan rem individual ke empat roda melalui unit hidrolik, artinya ECU besama dengan unit hidrolik rem dapat mengatur sedemikian rupa tekanan minyak rem secara individual ke 4 roda. ABS 4 chanel individual tersebut merupakan pengembangan dasar yang diterapkan pada Electronic Stability Control/Program (ESC/ESP), dimana ESC/EPS dengan cepat meningkat popularitasnya pada kendaraan modern saat ini. 

ESC atau ESP merupakan evolusi dari konsep ABS, dengan menambah 2 sensor lagi yaitu; Sensor Sudut Belok Kemudi dan Sensor Gyroscopic. 
Cara kerjanya cukup sederhana yaitu ketika Sensor Gyroscopic mendeteksi bahwa arah yang diambil oleh mobil tidak singkron dengan apa yang laporan Sensor Roda Kemudi, maka software dalam Unit Kontrol ESC akan melakukan pengereman pada roda secara individu sesuai kebutuhan, sehingga mobil kembali stabil seperti yang dinginkan oleh pengemudi.
Sensor Sudut Belok Roda Kemudi juga membantu kerja Cornering Brake Control (CBC), karena akan memberitahu ABS memilih roda manakah tekanan minyak remnya dikurangi atau roda yang manakah tekanan minyak remnya harus ditingkatkan.

Perangkat ABS juga dapat digunakan untuk mengimplementasikan Sistem Kontrol Traksi (TCS/Traction Control System) atau Anti-Slip Regulation (ASR) yang berfungsi menstabilkan mobil saat akselerasi pertama kali.
Jika saat akselerasi ban kehilangan traksi dengan permukaan jalan, maka ECU-ABS dapat mendeteksi keadaan itu dan mengambil tindakan yang diperlukan dengan menaikkan tekanan minyak rem pada roda tersebut sampai roda bertraksi lagi dengan permukaan jalan.

Produsen sering menawarkan TC ini sebagai pilihan terpisah dari ABS, meskipun sebagian besar perangkat TC juga digunakan secara bersama dengan ABS, tentu saja ABS/TC lebih canggih karena ABS/TC juga dapat mengontrol/mengurangi daya/putaran mesin jika tidak terjadi traksi antara roda dengan permukaan jalan) Baca juga artikel Electronic Stability Control/Program pada kolom Discussion yang lain)..

KOMPONEN ABS
Ada empat komponen utama ABS: 
1.         Sensor Kecepatan Roda (Wheel Speed Sensor)
2.         Unit Hidrolik dan Katup Hidrolik, 
3.         Pompa pada Unit Hidrolik
4.         ECU-ABS

SENSOR KECEPATAN RODA
ABS membutuhkan informasi tentang kecepatan roda, guna mengatur tekanan minyak rem pada roda sehingga roda tidak mengunci/slip pada permukaan jalan.
Sensor Kecepatan Roda ini terletak pada roda atau pada beberapa model ditempatkan di differensial/gardan.

UNIT HIDROLIK dan KATUP HIDROLIK, 
Terdapat katu-katup yang mengatur tekanan minyak rem pada setiap saluran/pipa rem. Cara kerja katup ini ada 3 keadaan/posisi yaitu;
Posisi pertama; Katup terbuka, tekanan minak rem dari silinder master diteruskan ke roda/tekanan minyak rem langsung ke roda (seperti rem tanpa ABS).
Posisi dua; Katup menutup aliran minyak rem menuju ke roda, tekanan rem tetap (tidak bertambah), meskipun pemgemudi menambah tekanan pedal rem
Dalam posisi tiga: Katup mengurangi/melepaskan tekanan minyak rem, hal ini berarti tekanan minyak rem pada roda yang slip dikurangi, sampai roda berputar lagi 

POMPA
Karena katup-katup hidolik bisa mengurangi atau melepaskan tekanan minyak rem pada roda, maka diperlukan sebuah pompa untuk membangun tekanan minyak rem kembali.

ECU-ABS 
ECU-ABS berfungsi menerima informasi dari sensor kecepatan roda secara individual, pada waktu roda kehilangan traksi dengan permukaan jalan maka sensor kecepatan roda mengirimkan sinyal ke ECU-ABS, kemudian ECU-ABS akan membatasi/mengurangi tekanan pengereman pada roda yang mengalami slip tersebut..

1. ECU-ABS memantau sensor kecepatan setiap saat, mendeteksi penurunan kecepatan roda yang extrim, tepat sebelum roda terkunci/slip, maka ECU-ABS melakukan pengaturan tekanan minyak rem, misalnya tekanan minyak rem dipertahankan saja tanpa ditambah lagi, meskipun pengemudi menekann pedal rem lebih dalam.

2. Bila dengan dipertahankanya tekanan minyak rem itu roda masih slip/terkunci maka ECU-ABS segera mengurangi tekanan minyak rem, sampai roda tersebut berputar kembali. Proses ini berlangsung dengan sangat cepat dan berulang-ulang sampai kendaraan berhenti, atau pengemudi tidak melakukan pengereman lagi.

3. Waktu ABS bekerja pengemudi merasakan berdenyut-denyut pada pedal rem, ini disebabkan karena kerja katup hidrolik yang membuka-menutup saluran minyak rem. Dengan adanya denyutan/getaran pedal rem tersebut juga sebagai tanda bagi pengemudi bahwa ABS sedang bekerja.

JENIS/TIPE ABS
ABS mempunya tipe sebagai berikut;

ABS Empat Channel - Empat Sensor Kecepatan Roda
Ini adalah ABS yang terbaik. Terdapat sebuah sensor kecepatan untuk satu roda. 
Pada tipe ini ECU dapat memonitor kecepatan masing-masing roda, dengan demikian ECU-ABS juga dapat mengatur tekanan pengereman pada masing-masing roda secara individual.

ABS Tiga Channel
Tipe ini biasanya diaplikasikan pada truk ringan atau SUV, memiliki 2 sensor kecepatan roda dan 2 katup hirolik untuk roda-roda depan, hanya memiliki satu katup hidrolik dan satu sensor roda untuk kedua roda belakang. 
Sensor kecepatan roda belakang biasanya terletak di poros belakang atau gardan.
Tentu saja ABS 3 channel ini hanya memberikan kontrol secara individual pada roda-roda depan, sehingga roda depan dapat mencapai kinerja maksimal pengereman. 
Roda-roda belakang dipantau kerjaanya secara bersama-sama, dengan hanya menggunakan satu katup hidrolik untuk roda-roda belakang, maka bisa saja salah satu roda belakang akan mengunci/slip sehingga mengurangi efektivitas rem.

ABS Satu Channel
Sistem ini sering ditemukan pada truk disebut dengan ABS Roda Belakang (Rear Wheel Antilock Braking System/RWAL). Hanya memiliki satu katup hidrolik yang mengontrol tekanan minak rem ke roda belakang. Sensor kecepatan roda biasanya terletak di poros belakang. RWAL hanya dapat mengontrol tekanan minyak rem secara bersamaan pada roda-roda belakang saja, dengan sistem ini kemungkinan salah satu roda belakang akan bisa mengunci/slip sehingga mengurangi efektivitas rem.
Pengereman roda depan sama sekali tidak diatur oleh RWAL, jika terjadi slip pada kedua roda depan, maka diharapkan kendaraan masih bisa berhenti dengan posisi lurus, 

STUDI MANFAAT ABS
Sebuah studi pada tahun 2003 yang dilakukan oleh Monash University Accident Research Centre-Australia menyimpukan bahwa ABS;

• Mengurangi resiko kecelakaan kendaraan di jalan raya sebesar 18 persen,
• Mengurangi resiko kecelakaan pada off-road sebesar 35 persen.

Pada permukaan jalan dengan traksi yang bagus seperti aspal, atau jalan berbeton, mobil dengan ABS-mampu mencapai jarak pengereman yang lebih baik (yaitu lebih pendek) daripada mobil tanpa ABS.

ABS mengurangi kemungkinan menabrak dan atau mengurangi resiko yang lebih parah lagi, maka disarankan pada pengemudi yang “kurang ahli” untuk menggunakan kendaraan dengan ABS supaya mengurangi dampak pengereman yang kuat dan mendadak. 

Beberapa produsen kendaraan yang menyediakan mobil untuk "off-road" melengkapi tombol “on/off” untuk ABS. Manfaat utama ABS untuk kendaraan “off-road” adalah untuk mempertahankan traksi roda dengan permukaan jalan yang berpasir atau berlumpur, tetapi adakalanya para “offroader” juga tidak memerlukan ABS, lalu mereka dapat mematikan dan menghidupkan ABS sesuai dengan keperluan..

Sebuah studi lain yang dilakukan oleh National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) tahun 1999 juga menyimpulkan bahwa jarak efektif pengereman dengan ABS pada jalan berkerikil lebih pendek 22 persen dari kendaraan tanpa ABS.

Namun pada studi yang dilakukan di Munich-Jerman; Setengah armada taksi dilengkapi dengan ABS, sementara separuh lainnya memiliki sistem rem konvensional. Indeks kecelakaan mobil pada kedua jenis taksi tersebut adalah sama, dan akhirnya para peneliti menyimpulkan bahwa pengemudi taksi dengan ABS cenderung lebih berani mengambil resiko, sedangkan pengemudi taksi tanpa ABS lebih hati-hati dalam mengendarai mobilnya, karena mereka tahu bahwa rem tanpa ABS tidak dapat membantu mereka jika terjadi pengereman secara kuat dan mendadak…

Dikutip dan dirangkum dari berbagai sumber..

Semoga bermanfaat.

=======

Anda Bekerja Pada Sistem Rem?
Perhatikanlah Hal-Hal Sebagai Berikut
Oleh Junisra Syam
Excellence Automotive Training International

Keselamatan Kerja Pada Sistem Rem

Umum:
Mekanik/teknisi yang bekerja pada bidang rem, haruslah benar-benar paham/mengerti secara teori dan praktik tentang sistem rem, karena rem menyangkut keselamatan pemilik kendaraan dan orang yang bekerja.
Selama bekerja pada sistem rem hindari hal-hal yang berhubungan dengan listrik-elektronis kendaraan dengan melepas terminal massa baterai.
Sebelum pengujian rem dengan menjalankan kendaraan dilakukan, periksa fungsi rem terlebih dahulu secara teliti, sering kecelakaan terjadi karena kelalaian pemeriksaan fungsi rem sebelum kendaraan berjalan.
Sebelum kendaraan diserahkan pada pelanggan, pastikan segala sesuatunya pada sistem rem berjalan dengan baik, jangan memberikan kendaraan pada pelanggan sebelum dilakukan uji-coba/tes jalan.

Khusus:
Dilarang bekerja dibawah kendaraan yang diangkat tanpa penyangga /tripot stand.
Jika terjadi penggantian atau membubut/meratakan pringan/tromol rem, maka dianjurkan untuk mengganti pad atau sepatu rem dengan yang baru, agar penyesuaian bidang gesek dari pad dengan piringan atau tromol lebih baik.
Bila terjadi penggantian sepatu rem/pad yang baru, maka perlu dijelaskan pada pemilik bahwa dianjurkan tidak melakukan pengereman dengan keras jika kendaraan berjalan masih kurang dari 150 km.
Sangat dianjurkan tidak membersihkan silinder master, silinder roda atau silinder kaliper dengan amplas atau pasta gosok, membersihkan dilakukan hanya dengan cairan rem itu sendiri atau dengan alkohol, jika terpaksa dilakukan pembersihan dengan pasta gosok maka pakailah jenis yang diperbolehkan/yang paling halus.
Selalu perhatikan dengan seksama baut-baut atau pengunci atau pipa/slang rem yang rusak atau cacat harus diganti baru.
Segala permukaan yang bergesekan pada pad, sepatu rem atau tromol rem harus dijaga dari kemungkinan terkena pelumas, vet atau gemuk lainnya.
Dilarang membersihkan debu sistem rem dengan udara tekan, karena debu pada sepatu/pad rem yang mengandung asbes dan karbon sangat berbahaya, bersihkanlah dengan air yang ditampung pada bak.
Semua pekerjaan atau komponen yang dikerjakan harus selalu dalam keadaan besih. 
Pemasangan semua komponen harus dengan teliti dan benar.
Rem adalah kelengkapan utama sistem pengaman kendaraan, oleh karena itu setelah pekerjaan selesai pastikan dengan seksama tidak ada kebocoran minyak rem yang terjadi pada instalasi rem.
Khusus pada sistem rem dengan ABS, jika dilakukan pengelasan pada bodi kendaraan, maka unit kontrol elektronis ABS harus dilepas.
Perhatian ! Unit kontrol elektronis ABS dapat rusak jika suhunya mencapai 80 derajat C.
Minyak rem beracun, iritasi pada kulit dan mudah terbakar, hati-hati bekerja dengan minyak rem, selalu bersihkan segera bagian-bagian tubuh yang terkena minyak rem dengan air.
Dilarang mengobati luka dengan mintak rem.
Dilarang memakai minyak rem bekas.
Minyak rem harus diganti baru paling lama setiap 2 tahun sekali, atau telah mengandung uap air dengan melakukan pengujian pada minyak rem.
Dilarang membuang minyak rem bekas di tanah atau air dapat merusak lingkungan, bakarlah minyak rem bersama dengan sampah.
Hindari tumpahan minyak rem pada cat atau lantai, segera bilas dengan air tumpahan minyak rem tersebut.


Minyak/Cairan Rem

Minyak rem harus tahan terhadap kondisi kerja kendaraan dalam waktu yang lama dan harus harus dapat dihandalkan. 
Minyak rem adalah cairan yang tidak mengandung minyak bumi yang sebagian besar terdiri dari alkohol dan susunan kimia dan ester (zat yang membuat orang tidak sadar)

Berikut ini persyaratan kualitas minyak rem yang diperlukan.

Tidak Mudah Mendidih
Rem akan menjadi panas dengan adanya gesekan karena penggunaan yang berulang kali. 
Adakalanya minyak rem dapat menjadi uap, menyebabkan minyak rem berbusa, jika hal ini terjadi, injakan pada pedal rem hanya menekan minyak rem yang sudah menjadi uap, dan tidak ada tenaga yang bekeria pada silinder silinder roda, kejadian ini disebut 'vapor lock'. Untuk mencegah hal ini minyak rem harus mempunyai titik didih yang tinggi.

Mencegah karat pada logam dan karet
Kerapatan akan berkurang bila minyak rem merusak seal, dan ini akan menyebabkan kebocoran, akibatnya minyak rem habis dan rem menjadi blong
Minyak rem dibuat dari bahan sintetis dengan maksud agar tidak merusak karet, dan menghindari karat pada logam.

Kekentalan
Minyak rem harus memiliki kekentalan (viskositas) untuk meneruskan tekanan meskipun terjadi perubahan temperatur yang bervariasi.

Ada macam-macam minyak/cairan rem antara lain:
DOT 3 & 4 Cairan rem dengan bahan dasar etilglikol yang masih umum digunakan. Sifat: beracun,korosif, mengabsorbsi air, merusak cat.
DOT 5 Cairan rem berdasar oli silikon yang relatif masih baru dipasarkan di Amerika dan Europa. sudah ditemui juga di Indonesia Pengganti DOT 3 & 4 bersifat anti karat.

Dilarang mencampur minyak rem tersebut

7 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Selamat siang mas
    Saya akan sedikit bertanya tentang sistem ABS (Antilock braking system)
    Pada dasarnya sistem kerja pada ABS memang sangat membantu untuk mecegahnya kecelakan yang terjadi nya slip/terkuncinya roda saat pengereman di jalan yang licin.
    Pertanyaan saya, apakah ABS dapat memberhentikan roda pada kendaraan yang dalam keadaan kecepatan tinggi pada saat tiba tiba ada kendaraan yang di depanya sedang berhenti mendadak? Apakah ABS dapat memberhentikan roda secara tepat tanpa slip saat terjadi nya rem mendadak jarak dekat?

    Sekian terimakasih...

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus