Pages

Minggu, 21 Agustus 2011

Sepeda Motor


KELISTRIKAN
1.           Pengetahuan Dasar Kelistrikan
1.1.       Aliran/ Arus Listrik
Semua benda di alam ini merupakan kumpulan molekul-molekul. Dalam setiapmolekul terdiri dari atom-atom. Setiap atom memiliki 1 nukleus (inti atom) yang terdiri dari Proton (yang bermuatan positif) dan Neutron, serta dikelilingi oleh Elektron (yang bermuatan negatif ).
Aliran listrik akan terjadi apabila elektron bebas berpindah meninggalkan orbitnya. Benda yang banyak mengandung unsur elektron bebas, akan bersifat konduktif (menghantarkan arus listrik). Contohnya adalah tembaga, besi, dan lain-lain.
Bila benda yang bermuatan positif dengan benda yang bermuatan negatif dihubungkan dengan menggunakan konduktor, maka elektron bebas dari kutub negatif akan mengalir menuju kutub positif. Aliran inilah yang sebenarnya disebut sebagai arus listrik / aliran listrik.
Namun dahulu orang berpendapat bahwa arus listrik mengalir dari kutub positif  (+) menuju kutub negatif (-) sampai akhirnya ditemukan bahwa yang terjadi adalah sebaliknya. Persepsi awal tentang arus listrik ini sudah terlambat untuk direvisi, sehingga untuk kepentingan hal-hal teknis digunakan istilah :
-         Aliran listrik mengalir dari (+) menuju (-)
-         Aliran elektron mengalir dari (-) menuju (+)
Definisi dari arus listrik itu sendiri adalah jumlah muatan listrik atau elektron yang mengalir pada satu titik dalam 1 detik.
Dalam bentuk persamaan :
Muatan listrik = Q
Arus listrik        =
Arus listrik terdiri dari 2 jenis, yaitu arus AC (Alternating Current) dan arus DC (Direct Current). Kedua jenis ini memiliki karakteristik dan kegunaan yang berbeda sehingga harus benar-benar dipahami perbedaannya.

1.1.1.      Arus Listrik Bolak Balik (AC)
Disebut sebagai arus AC karena tegangan dan kutubnya akan selalu berganti arah / polaritas. Dalam 1 cycle akan terjadi 1 kali perubahan.

Karakteristik Arus AC :
  1. Polaritasnya selalu berubah
  2. Tidak bisa disimpan dalam battery
  3. Besar tegangan dapat di naik turunkan secara langsung dengan menggunakan transformator/ transformer (trafo)

Pada sepeda motor atau mobil, listrik yang dihasilkan oleh alternator/ AC generator adalah jenis AC. Arus AC ini nantinya akan diubah menjadi arus DC dengan suatu perangkat elektronika (Electronic Device) yang disebut Regulator Rectifier. Kemudian arus DC ini akan di distribusikan ke komponen-komponen kendaraan bermotor yang menggunakan arus DC.

1.1.2.      Arus Listrik Searah (DC)
Arus searah (DC) adalah arus listrik yang besar dan arahnya konstan. Arus DC merupakan kebalikan dari arus AC.

Karakteristik Arus DC :
  1. Polaritasnya selalu tetap
  2. Dapat disimpan dalam battery
  3. Tegangannya tidak dapat diubah naik/turun secara langsung.

1.2.       Tegangan
Definisi tegangan adalah beda potensial antara 2 titik dalam satu rangkaian listrik sehingga menyebabkan terjadinya aliran listrik.
Secara sederhana, tegangan listrik dapat kita analogikan seperti 2 buah bak air dengan ketinggian yang berbeda yang slaing terhubung satu sama lain. Karena adanya beda ketinggian tersebut, menyebabkan terjadinya beda tekanan akibat gravitasi, sehingga air di bak yang lebih tinggi akan mengalir ke bak yang lebih rendah. Beda ketinggian dalam konsep kelistrikan kita kenal sebagai tegangan. Sedangkan aliran air dari bak yang lebih tinggi kita kenal dengan arus listirk.
Satuan dari tegangan adalah Volt (V). alat untuk mengukur besar tegangan adalah Voltmeter.

1.3.       Resistansi (R)
Definisi resistansi adalah besarnya hambatan pada suatu material atau penghantar arus (konduktor) yang muncul bila diberi tegangan dengan besar tertentu dan mengalirkan arus listrik.
Untuk mempermudah pemahaman tentang resistansi, dapat kita analogikan seperti aliran air dalam pipa. Seperti kita ketahui, air akan lebih mudah mengalir dalam pipa yang besar daripada yang kecil. Hal ini disebabkan pipa yang lebih kecil memiliki hambatan yang lebih besar. Demikian pula dalam konsep kelistrikan. Arus listrik lebih mudah mengalir melalui konduktor (kabel) yang tebal daripada melalui konduktor (kabel) yang tipis.

Besarnya hambatan yang membatasi aliran arus listrik diukur dengan alat yang bernama Ohmmeter. Satuannya adalah Ohm (Ω).

1.4.       Hukum Ohm
Kita telah mengenal 3 komponen kelistrikan, yaitu : Arus, Tegangan, dan Resistansi. Antara ketiga komponen tersebut terdapat satu hubungan yang kita kenal sebagai Hukum Ohm.
Hukum Ohm menyatakan :
Perbandingan antara tegangan/beda potensial pada suatu komponen yang memiliki resistansi, sebanding dengan jumlah arus yang mengalir.
Persamaan Metematisnya sebagai berikut :

Dimana ;
I  = Arus listrik (satuannya Ampere)
V = Tegangan (satuannya Volt)
R = Resistansi/hambatan (satuannya Ohm)
Contoh :
Sebuah battery memiliki tegangan 12V, pada kedua terminalnya, yaitu terminal (+) dan terminal (-) dihubungkan sebuah resistor dengan besar tahanan 6 Ohm. Berapa arus yang melalui resistor tersebut ?


Jawab :
Diketahui bahwa :         V = 12 Volt.
                                    R = 6 Ω (Ohm).
Maka besarnya Arus yang mengalir adalah :

1.5.       Power Listrik (Daya Listrik)
Definisi dari power listrik adalah kerja yang dilakukan/dihasilkan untuk mengalirkan muatan listrik pada tegangan tertentu.
Kita menggunakan listrik dalam kehidupan kita sehari-hari untuk berbagai keperluan seperti menyalakan lampu, menstarter motor, dan lain-lain. Untuk keperluan tersebut, dibutuhkan sejumlah tenaga yang dalam konsep kelistrikan kita sebut sebagai daya listrik. Persamaan matematisnya adalah :

Dimana :           P = Power listrik/daya listrik (watt)
                        V = Tegangan (Volt)
                        I = Arus listrik (Ampere)
Dari persamaan tersebut diatas, kita dapat menggabungkan dengan hukum Ohm yang sudah kita pelajari sehingga didapat persamaan baru.
                                   










ELEKTRONIKA

1.     Komponen Dasar Elektronika
Dalam Aplikasinya, suatu rangkaian listrik tersusun atas beberapa komponen elekronika sesuai fungsinya serta sebuah sumber tegangan. Beberapa komponen elektronika dasar diantaranya :
  1. Diode
  2. Thyristor
  3. Resistor
  4. Capasitor
  5. Transistor

1.1.       Diode
Diode adalah komponen elektronika semi konduktor yang berfungsi sebagai penyearah karena hanya mengalirkan arus listrik dalam satu arah saja.
Konstruksi :
A = Anode
K = Katode
Diode hanya akan mengalirkan arus dari Anode ke Katode.
Karakteristik :
Pada Forward Bias ( Bias Maju ) yaitu pemberian tegangan sesuai polaritas dimana Anode diberi input tegangan positif dan katode diberi input tegangan negatif, diode akan mengalirkan arus sesuai dengan tegangan dan arus yang diberikan.
Pada Reverse Forward ( Bias Mundur ) yaitu pemberian tegangan secara terbalik, dimana Anode diberi input tegangan negatif dan Katode diberi input tegangan positif,  tegangan barrier akan makin besar bila tegangan bias mundur diperbesar. Dan pada akhirnya sampai pada titik Breakdown dimana arus listrik dapat mengalir pada arah berlawanan.
Pada Diode Zener, tegangan Breakdown ini ynag dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi dalam rangkaian elektronika.

1.2.       Thyristor (SCR)
Thyristor atau SCR ( Silicone Controlled Rectifier ) pada prinsipnya sama dengan diode. Yang membedakannya adalah Thyristor memerlukan trigger pada terminal Gate sebelum bisa berfungsi.
Thyristor akan berfungsi bila sejumlah tegangan tertentu mengalir pada Gate, dan karakteristiknya akan sama persis seperti diode.
Konstruksi :

Karakteristik :
Dimana : VBO               = Tegangan Gate
                IH                = Arus Gate Minimum
                VRRM          = Tegangan Breakdown

1.3.       Resistor
Sesuai dengan namanya, resistor adalah komponen elektronika dasar yang memiliki nilai resistansi tertentu. Secara fungsi, beberapa resistor jika dirangkai seri atau paralel akan berfungsi sebagai pembagi arus atau pembagi tegangan.
Simbol Resistor :
Nilai resistansi dalam sebuah resistor dinyatakan dalam satuan Ohm (Ω). Untuk resistor yang umum kita jumpai, lingkaran pita warna pada resistor tersebut menunjukkan besar nilai resistansi yang dimilikinya.

Cara membaca Resistor :
1.       Resistor 3 pita warna dan 1 warna toleransi

2.       Resistor 4  pita warna dan 1 warna toleransi

Daftar warna untuk resistor :
WARNA
NILAI
Hitam
0
Coklat
1
Merah
2
Jingga
3
Kuning
4
Hijau
5
Biru
6
Ungu
7
Abu-abu
8
Putih
9


Untuk toleransi yang umum adalah :
Warna Emas     = 5 %
Warna Perak    = 10 %
Contoh soal :
Sebuah resistor memiliki warna pita sebagai beerikut : Coklat, Merah, Merah, Emas. Berapakah nilai Resistansinya ?
Jawab :
Coklat  = 1
Merah  = 2
Merah  = 10²
Artinya, resistor tersebut memiliki nilai resistansi 12 X 10² = 1200 Ohm = 1K2 Ω.

1.3.1. Perhitungan Nilai Resistansi dalam Sebuah Rangkaian.
1.3.1.1 Resistansi dalam Rangkaian Seri
Hukum Ohm :






1.3.1.2 Resistansi dalam Rangkaian Paralel


1.4.       Capasitor
Capasitor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menyimpan muatan listrik. Dalam rangkaian elektronika, capasitor dilambangkan sebagai berikut :



Capasitor Polar atau Capasitor yang memiliki polaritas/kutub positif dan negatif, banyak digunakan sebagai filter pada rangkaian DC.
Karakteristik Capasitor :
Satuan dari Capasitor adalah FARAD (F)
Seperti juga resistor, Capasitor dalam rangkaian listrik dapat dirangkai secara seri atau paralel.
1.4.1. Capasitor dalam Rangkaian Seri





1.4.2. Capasitor dalam Rangkaian Paralel




Perhitungan besar nilai kapasistansi Capasitor yang dirangkai Seri atau Paralel merupakan kebalikan dari perhitungan resistansi Resistor.

1.5.       Transistor
Transistor adalah komponen elektronika semi konduktor yang dapat berfungsi sebagai penguat maupun sebagai Saklar.
Transistor memiliki 3 terminal, yaitu terminal Emitter (E), Collector (C), dan Base (B). Sedangkan dilihat dari typenya, transistor ada 2 type, yaitu type PNP dan type NPN. Perbedaan antara kedua type tersebut ada pada arah aliran arus listriknya.

1.5.1.  Type PNP
Arus listrik besar akan mengalir dari terminal Emitter (E) ke terminal Collector (C), jika ada sejumlah kecil arus listrik mengalir dari terminal Emitter ke terminal Base.
1.5.2.      Type NPN
Arus listrik besar akan mengalir dari terminal Collector (C) ke terminal Emitter (E), apabila ada sejumlah arus listrik kecil mengalir dari terminal Base ke terminal Emitter.
Type PNP kebalikan dari gambar diatas.
Karakteristik Input ; IB = f ( V BE )

Karakteristrik Output ; IC = f ( VCE )
Besarnya arus Output (IC) dikendalikan oleh besarnya arus Input (IB).
Gambar diatas menunjukkan fungsi Transistor sebagai Amplifier (penguat).

Selain sebagai penguat, transistor juga berfungsi sebagai saklar, karena arus akan mengalir dari Collector ke Emitter (type NPN) atau sebaliknya (type PNP) bila terminal Base diberi sejumlah arus listrik. Bila aliran arus listrikdi terminal Base putus, maka aliran arus listrik dari Collector ke Emitter juga terputus.

Syarat Bias
Untuk type PNP maupun type NPN, Emitter harus mendapat Bias Maju (Forward Bias).
Sedangkan Collector harus mendapat Bias Mundur (Reverse Bias)

2.     AC Generator/Altenator
AC Generator merupakan komponen pembangkit listrik yang memanfaatkan putaran mesin sebagai sumbernya. Listrik yang dihasilkan oleh Alternator ini berupa arus AC.

Prinsip Kerja Alternator :
Alternator menghasilkan tenaga listrik dengan memanfaatkan induksi magnet dan diubah menjadi energi listrik. Tegangan induksi akan terjadi bila sebuah inti besi yang berisi medan magnet digerak-gerakkan atau memotong sebuah kumparan. Pada dasarnya, besar kecilnya Tegangan induksi listrik yang dihasilkan tergantung pada beberapa faktor, yaitu:

1.   Kecepatan gerak magnet dalam kumparan.
Semakin cepat gerakan magnet/ Fly Wheel, semakin tegangan yang dihasilkan.
2.   Kekuatan gaya magnet pada inti besi.
Semakin besar gaya magnet, semakin besar pula induksi yang ditimbulkannya.
3.   Jumlah lilitan dan besar kawat dalam kumparan
Jumlah lilitan dan besar kawat penampang dalam kumparan mempengaruhi besar kecilnya arus dan tegangan yang dihasilkan.

Dari gambar tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.       Putaran kumparan dari 0º sampai 360º akan menghasilkan arus bolak balik sebanyak 1 cycle.
2.       Grafik dari 0º - 90º dan 270º - 360º dinamai fase positif
3.       Grafik dari 90º - 270º dinamai fase negatif.

Dengan memanfaatkan dasar-dasar induksi magnet tersebut, sebuah AC  Generator dibuat untuk menghasilkan tenaga listrik yang diperlukan oleh kendaraan bermotor.
Prinsip Dasar Rewinding / Menggulung Ulang sebuah Alternator :
Untuk menggulung ulang sebuah stator dari Alternator, perlu diingat beberapa prinsip dasar karakteristik sebuah generator, yaitu :
  1. RPM (kecepatan) dimana alat tersebut beroperasi.
  2. Jumlah kutub
  3. Jumlah lilitan kumparan
  4. Kerapatan Flux Magnetik dalam sebuah kumparan
  5. Panjang tumpukan/lempengan inti besi dari stator
  6. Airgap/ Lebar celah udara antara stator dan flywheel.
  7. Kemampuan hantar arus dari kawat stator (besar penampang kawat)

Hubungan antara RPM dan jumlah kutub
Semua Generator/Alternator didesain untuk beroperasi pada kecepatan optimum yang tetap, yang disebut kecepatan operasional (operating RPM). Jika kita menggandakan jumlah kutub sebuah generator, kita akan menghasilkan :
  1. Tegangan output yang sama dengan setengah kecepatan  operasional aslinya.
  2. Tegangan output dua kali lebih besar dengan kecepatan yang sama.

Hubungan antara RPM dan Jumlah lilitan kumparan
Harus diingat bahwa tegangan induksi dalam sebuah kumparan kawat yang melewati medan magnet sebanding dengan jumlah lilitan kumparan tersebut. Jika kita dapat menggandakan jumlah lilitannya, kita dapat menghasilkan :
  1. Tegangan output yang sama dengan setengah kecepatan  operasional aslinya.
  2. Tegangan output dua kali lebih besar dengan kecepatan yang sama.

Hubungan antara RMP dan Kerapatan Flux (Flux Density)
Cara lain untuk meningkatkan tegangan induksi yang dihasilkan generator adalah dengan menaikkan medan magnet atau kerapatan fluk-nya. Untuk generator yang menggunakan magnet tetap, caranya dengan mengganti magnet dengan yang memiliki medan magnet yang lebih kuat. Jika magnet yang digunakan adalah magnet listrik (elektromagnet), maka untuk meningkatkan medan magnetnya dilakukan dengan cara menambahkan arus listrik yang  melalui kumparan elektromagnet sampai pada titik tertentu yang  disebut saturasi (titik jenuh dimana penambahan arus listrik tidak lagi mempengaruhi penambahan kerapatan flux dari elektomagnet).

Hubungan antara Tegangan induksi dan Panjang Stator
Cara lain untuk meningkatkan tegangan induksi yang dihasilkan adalah dengan membuat kumparan yang melewati medan magnet menjadi lebih panjang. Dengan menggandakan susunan lempengan inti besi stator, maka tegangan induksi juga dapat digandakan.

Airgap
Jarak celah antara stator dan magnet disebut juga dengan Airgap. Airgap diperlukan untuk mencegah terjadinya gesekan antara stator dan magnet yang mungkin terjadi, karena proses untuk menghasilkan listrik pada generator akan muncul panas yang dapat menyebabkan pemuaian. Airgap bekerja melawan kerapatan flux medan magnet. Jadi, semakin besar airgap semakin besar pula kekuatan magnet yang dibutuhkan untuk mengatasi airgap. Kebanyakan generator memiiki airgap yang lebih besar daripada yang seharusnya dibutuhkan yang disebabkan oleh konstruksi yang tidak rapi.

Kapasitas lewat kumparan
Arus output stator tergantung sepenuhnya pada kemampuan kawat kumparan yang digunakan membawa arus listrik. Kemampuannya ini tergantung pada ukuran kawat. Semakin besar luas penampang  kawat, semakin besar arus listrik yang dapat dialirkan.

Dari uraian-uraian tersebut diatas, ada beberapa hal yang harus diingat dan diperhatikan dalam menggulung ulang sebuah stator. Untuk mendapatkan tegangan output yang lebih besar dengan kecepatan putar yang tetap, kita perlu memperbanyak jumlah lilitan  pada stator. Dengan demikian, maka ukuran stator akan semakin besar sehingga ada kemungkinan dimensi hasil penggulungan ulang ini tidak dapat diaplikasikan. Untuk menanggulanginya, dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran kawat sehingga didapat jumlah lilitan yang lebih besar dengan dimensi hasil penggulungan ulang yang tetap. Namun dengan memperkecil ukuran kawat, berarti kita mengurangi besarnya arus listrik yang dapat dihasilkan.

3.     Regulator Rectifier
Regulator rectifier berfungsi untuk mengubah tegangan AC yang  dihasilkan oleh Alternator menjadi tegangan DC. Selain itu, Regulator rectifier juga berfungsi sebagai pengatur dan pembatas arus yang diterima dari AC generator pada skala tegangan tertentu. Arus AC yang diubah menjadi DC ini kemudian digunakan untuk sistem penerangan dan pengisian.

3.1.   Metode Penyearah pada Regulator Rectifier
Secara garis besar, metode penyearah pada Regulator Rectifier ada dua jenis, yaitu :
1.   Penyearah Setengah Gelombang
Metode penyearah dengan setengah gelombang ini hanya menggunakan 1 diode untuk mengubah arus AC menjadi DC. Metode rectifikasi/penyearahan setengah gelombang ini digunakan untuk model dengan beban listrik kecil.
2.   Penyearah Gelombang Penuh
Metode penyearah gelombang penuh yang paling umum dikenal adalah penyearahan dengan menggunakan 4 diode, dimana semua gelombang arus AC diubah/disearahkan menjadi arus DC. Penyearahan dengan gelombang penuh ini lebih efisien dari pada  setengah gelombang.

3.2.       Sistem Pengaturan Tegangan pada Regulator Rectifier
         Regulator Rectifier berfungsi juga untuk mengatur skala tegangan keluar (Output Voltage) pada range skala tertentu. Pengaturan ini menggunakan komponen tambahan berupa SCR dan Diode Zener.
Dari ilustrasi diatas, arus AC dari Alternator diubah menjadi tegangan DC oleh diode D1 untuk kemudian disalurkan ke Battery. Pada kondisi dimana Diode Zener masih  berfungsi mengarahkan arus listrik pada arah maju/forward, maka SCR tidak akan berfungsi. Sehingga semua arus yang dialirkan ke regulator, diteruskan ke Battery (Charging). Namun apabila putaran mesin bertambah, maka tegangan listrik yang dihasilkan juga bertambah. Bila pertambahan tegangan tersebut melebihi batas tegangan reverse dari Diode Zener, maka Diode Zener akan megalirkan arus listrik dengan arah yang berlawanan (reverse). Akibatnya, arus mengalir kearah Gate SCR dan mengaktifkan SCR. Dengan aktifnya SCR, maka arus akan tebagi menjadi 2 arah, satu ke Battery melalui diode D1, satunya lagi ke Ground melalui SCR. Dengan demikian, tegangan yang dihasilkan akan  stabil pada range tertentu.
Yang  harus diperhatikan disini adalah Grounding dari regulator harus selalu terhubung dengan baik karena bila Grounding ini tidak bagus, battery dapat Over Charged.

4. Ignition Coil
Pada dasarnya Ignition Coil adalah sebuah trafo step up yang akan mengubah tegangan dari tegangan rendah (100~400 Volt) dari CDI menjadi tegangan tingi (31~33k Volt pada tegangan primer 200 Volt) untuk diteruskan ke Spark Plug (Busi) sehingga muncul loncatan bunga api listrik untuk pengapian.
Konstruksi :
 

Prinsip kerja trafo/ Ignition Coil :
  1. Trafo terdiri dari 2 sisi kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.


  1. Bila arus listrik dengan besar tegangan tertentu pada sisi primer, maka akan terjadi induksi listrik pada sisi sekunder sehingga sisi sekunder menpunyai besar tegangan tertentu pula sesuai perbandingan kumparan primer dan sekundernya.

Perbandingan tegangan pada trafo :



n1  = Jumlah lilitan primer
n2  = Jumlah lilitan sekunder
V1  = Tegangan primer
V2  =Tegangan sekunder

Contoh soal :
Sebuah trafo STEP UP memiliki jumlah lilitan primer 100, dan lilitan sekunder 150. Bila pada sisi primer diberi tegangan sebesar 150 Volt, berapa tegangan pada sisi sekunder ?

Jawab :







Jadi besar tegangan pada sisi sekunder tergantung pada perbandingan lilitan antara primer dan sekunder serta tegangan primer yang diberikan. Prinsip kerja trafo ini, pada sistem kelistrikan sepeda motor diterapkan pada komponen yang kita kenal sebagai Ignition Coil.

Pemeriksaan Ignition Coil :
Untuk mengetahui bahwa Ignition Coil bagus atau tidak, secara sederhana dapat dilakukan dengan mengukur nilai resistansi pada kedua sisi kumparannya dengan menggunakan Multitester (Ohm Meter).
Pada sisi primer, kumparannya memiliki nilai resistansi yang spesifik sekitar 0,5 Ω sedangkan sisi sekundernya memiliki nilai resistansi yang besar, sekitar 8 kΩ. Dan pada Cap Noise Suppressor-nya atau yang lebih umum dikenal sebagai tutup busi, nilai resistansinya sekitar 4~6 kΩ.
Jadi apabila didapat nilai resistansi diluar batas-batas spesifik tersebut, dapat dipastikan bahwa Coil Ignition atau Cap Noise-nya sudah harus diganti (rusak).



5. Motor Stater & Relay Stater (Switch Magnetic Starter)
Motor starter berfungsi sama dengan Kick starter, yakni memutar Crank Shaft untuk menstart putaran mesin. Motor starter menggerakkan Crank Shaft secara electris yang diperoleh dari sumber battery. Motor starter terdiri dari beberapa komponen, yaitu Stator, Rotor, Carbon Brush (sikat arang) serta Komutator.

5.1.   Prinsip Kerja Motor Starter
Cara kerja motor starter merupakan kebalikan dari generator. Generator menghasilkan energi listrik yang diubah dari gerak, sedangkan motor starter mengubah energi listrik menjadi energi gerak.

1.             Pada saat arus listrik dialirkan dari battery ke kumparan (anker) melalui Carbon Brush dan Komutator, maka kumparan (anker) akan menimbulkan medan elektro magnet.
2.             Kerena stator berisi kutub-kutub magnet, maka timbul gaya tolak menolak antara stator dan rotor. Stator merupakan komponen  yang fixed (diam). Akibatnya, gaya tolak menolak itu mengakibatkan rotor bergerak (berputar pada porosnya).
3.             Selanjutnya, putaran motor stater tersebut dietruskan ke Crank Shaft untuk men-start Engine.

5.2.   Rangkaian Kelistrikan Motor Starter


Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Carbon Brush (Sikat Arang)
Carbon brush perlu dibersihkan dan tebalnya minimal 5 mm.
2. Komutator Tembaga
- Tiap segmen komutator tidak boleh ada hubungan elektris dengan poros rotor.
- Harus rata dan halus permukaannya serta tidak hangus.
- Beda tinggi segmen komutator dengan mika penyekat ± 0,3 mm.
- Antar segmen komutator terdapat hubungan elektris.


6.3.  Switch Starter Magnetic/ Relay Starter
Switch Starter Magnetic/ Relay Starter pada prinsipnya secara sederhana adalah sebuah relay yang bekerja secara elektro mekanis.

Konstruksi :
Cara kerja :
  1. Pada saat lilitan kawat dialiri arus listrik, lilitan kawat ini berubah menjadi elektro magnet sehingga Plate Contact menempel pada terminal contact.
  2. Terminal contact menjadi saling berhubungan.
  3. Bila arus listrik pada lilitan kawat diputus, maka sifat magnetnya akan hilang. Spring yang ada kemudian mendorong kembali Plate Contact ke posisi semula.
  4. Terminal contact menjadi terputus kembali. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar